17 research outputs found

    A comparative study of soil fertility and biota population under organic, semi-organic, and conventional farming system of rice fields in Giriwoyo District, Wonogiri Regency, Indonesia

    Get PDF
    Continuous use of chemical fertilizers and farming practices in rice fields would reduce nutrient availability and biota population in the soil. Because soil biological linkages are sensitive to changes in soil function, changes in fauna and microbial populations can affect soil fertility. This study aimed to identify the condition of soil fertility and soil biota under various farming systems, namely organic, semi-organic, and conventional, and find the indicators that determine soil fertility index (SFI) in the research area. This research is a survey with the sampling method was purposive on the Land Mapping Unit (LMU) overlaid with thematic maps (land use, soil type, slope, and rainfall). The method analysis of SFI using Principal Component Analysis (PCA) and scoring methods were used for the effect of farming systems using One-way, continued by DMRT, and determinant factor using Pearson’s. Correlation. The results illustrated that soil fertility was a moderate category. The highest SFI was in organic rice fields (0.69), then in semi-organic (0.62), and the lowest fertility was in conventional (0.59). Organic farming also showed the best soil biota conditions (0.27 individuals/liter of earthworms and 0.755 µ/g of microbial C biomass) compared to semi-organic (0.15 individuals/liter, 0.508 µ/g microbial C biomass) and conventional farming (0.11 individuals/liter, microbial biomass C 0.325 µ/g). Soil fertility and soil biota are positively correlated, meaning that the higher the soil fertility, the higher the density of soil biota. The soil indicators most determining fertility are total N, P-available, K-available, CEC, and organic C.

    ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN PANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG

    Get PDF
    Program ketahanan pangan di Kota Bandung saat ini dihadapkan pada semakin berkurangnya ketersediaan lahan petanian akibat tingginya laju konversi lahan ke non pertanian akibat pembangunan permukiman dan industri. Walaupun konsep pertanian kota mensyaratkan praktek berbasis teknologi, namun ketersediaan lahan juga tetap tidak bisa diabaikan keberadaannya. Tulisan ini mencoba untuk mengkaji potensi lahan pertanian, yaitu lahan yang sesuai peruntukannya bagi komoditas tanaman pangan di Kota Bandung. Metode penelitian menggunakan teknik analisis deskiptif melalui prosedur penilaian evaluasi kesesuaian lahan dengan aplikasi pemetaan yaitu Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menemukan bahwa dibandingkan dengan kota-kota di Jawa Barat, luas lahan pertanian Kota Bandung masih cukup luas, namun laju konversi cukup tinggi mencapai 577.2 Ha per tahun selama periode Tahun 2010-2015. Potensi lahan yang sesuai peruntukannya untuk sawah dengan kategori S1 (sangat sesuai) mencapai 804.18 Ha, sedangkan untuk tanaman pangan (ubi jalar, ubi kayu, jagung, kacang tanah) termasuk kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai) dan S3 (sesuai maginal) masing-masing seluas 37 Ha dan 3.95 Ha. Dengan demikian, ketersediaan lahan potensial untuk pertanian di Kota Bandung tidak mencukupi untuk menyokong ketahanan pangan. Hal ini terbukti hingga saat ini kebutuhan pangan masyarakat Kota Bandung 80% tergantung pasokan dari luar Kota Bandung.Kata Kunci: Ketahanan Pangan, Pertanian Kota, Kesesuaian Lahan, Ketersediaan Laha

    PERKEMBANGAN TANAH DARI BAHAN INDUK VULKANIK DI DESA CILELES, KECAMATAN JATINANGOR

    Get PDF
    Proses pembentukan dan perkembangan tanah di lokasi penelitian merupakan langkah awal untuk diketahui dalam upaya mendapatkan informasi karakteristik tanah. Pengembangan lahan pertanian memerlukan informasi dasar tentang tanah dengan mengetahui semua sifat atau karakteristik tanah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perkembangan tanah yang berkembang dari bahan induk vulkanik. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan survei, pengamatan tanah dilakukan dengan pembuatan profil tanah. Hasil penelitian  menunjukkan tanah di Cileles berkembang dari bahan volkan basaltik yang menunjukkan adanya ketidaksinambungan litologi (lithologic discontinuity), tingkat perkembangan tanah berlangsung pada tahap viril atau kambik dan klasifikasi tanah menurut soil taxonomy 2014 kategori sub group yaitu Fluventic Humudepts

    Substitusi sebagian pupuk anorganik dengan bahan organik terhadap ketersediaan N, P, K dan hasil tanaman jagung pada tanah inceptisol

    Get PDF
    The reduced usage of inorganic fertilizers is needed to avoid various undesirable impacts. This study aimed to assess whether partial reduction of inorganic fertilizers with the use of organic fertilizers can maintain nutrient adequacy and yield of maize. The research was conducted in Juwiring, Klaten, Central Java from August 2021 - March 2022 designed in a Completely Randomized Group Design with seven fertilizer combination treatments, namely ¼ NPK + 1 organic fertilizer, ½ NPK + 1 organic fertilizer, ¾ NPK + 1 organic fertilizer,  ¾ NPK + ¾ organic fertilizer, and two comparison treatments namely no fertilizer and standard NPK (350 kg ha-1, SP36 150 kg ha-1, KCl 75 kg ha-1) repeated three times. The parameters observed were N-total soil and tissue, P-available soil, K-available available P and soil CEC, P and K levels of plant tissue. Organic fertilizer of 10 t ha-1 was applied a week before planting. The application of ½ NPK of the standard dose + 1 organic fertilizer showed higher N-total soil, P-available, and K-available as well as higher corn yield than the standard NPK treatment with the results of cob weight (22.52 g), cob weight without cob (13.92 g), cob length (21.47 g), and cob diameter (4.55 g) against the standard NPK treatment. The use of organic fertilizers needs to be done to maintain the sustainability of natural resources.ABSTRAK Pengurangan penggunaan pupuk anorganik perlu dilakukan untuk menghindari berbagai dampak yang tidak diharapkan. Penelitian bertujuan untuk mengkaji apakah pengurangan sebagian pupuk anorganik dengan pupuk organik mampu menjaga kecukupan hara dan hasil jagung. Penelitian dilaksanakan di Juwiring, Klaten, Jawa Tengah sejak Agustus 2021 – Maret 2022 menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tujuh perlakuan kombinasi pupuk yaitu: ¼ NPK + 1 pupuk organik, ½ NPK + 1 pupuk organik, ¾ NPK + 1 pupuk organik(E), 1 NPK + 1 pupuk organik, ¾ NPK + ¼ pupuk organik, ¾ NPK + ½ pupuk organik, ¾ NPK + ¾ pupuk organik, dua perlakuan pembanding yaitu tanpa pupuk serta NPK standar (350 kg ha-1, SP36 150 kg ha-1, KCl 75 kg ha-1) yang diulang 3 kali. Parameter pengamatan yaitu N-total tanah dan jaringan, P-tersedia tanah, K-Tersedia tanah dan KTK tanah, serta kadar P dan K jaringan tanaman. Pupuk organik 10 t ha-1 diberikan seminggu sebelum tanam. Aplikasi ½ NPK dari dosis standar + 1 pupuk organik menunjukkan N-total, P-tersedia, dan K-tersedia tanah serta hasil jagung yang lebih tinggi dari perlakuan NPK standar dengan hasil berat tongkol berkelobot (22,52 g), berat tongkol tanpa kelobot (13,92 g), panjang tongkol (21,47 g), dan diameter tongkol (4,55 g) terhadap perlakuan NPK standar. Penggunaan pupuk organik perlu dilakukan untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya alam

    Partisipasi Komunitas Adat Kalitanjung Dalam Pengawasan Pemilu 2019 Di Kabupaten Banyumas

    Get PDF
    Peran komunitas adat dalam pemilu di Indonesia sangat penting bagi legitimasi hasil pemilu. Peran komunitas adat selama ini sering dimanfaatkan sebagai partisipasi pemilih. Sementara fungsi komunitas adat sebagai pemantau pemilu atau pengawas pemilu jarang disentuh penyelenggara pemilu, partai politik dan pemerintah. Dalam tulisan ini diuraikan bagaimana pelibatan dan civic engagement yang dilakukan negara (Badan Pengawas Pemilu) terhadap partisipasi komunias adat Kalitanjung dalam pengawasan Pemilu 2019 di Kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi literatur. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan masyarakat cenderung sangat mematuhi norma, budaya dan tradisi tentang perilaku baik yang sudah melekat erat dari pesan-pesan para lelulur dan adat. Sementara dari sisi lain mereka menghormati negara dengan perangkat regulasinya menjaga hukum positif sebagai bagian warga negara.  The role of indigenous communities in elections in Indonesia is very important for the legitimacy of the election results. The role of indigenous communities has been used as voter participation. Meanwhile, the function of indigenous communities as election observers or election supervisors is rarely touched by election organizers, political parties and the government. In this paper, it describes how the state (Election Supervisory Body) involved and civic engagement with the participation of the Kalitanjung traditional community in the supervision of the 2019 Election in Banyumas Regency. The method used in this research uses qualitative methods with data collection techniques through interviews and literature studies. The conclusion from the research results shows that people tend to adhere to norms, culture and traditions about good behavior which are closely attached to the messages of ancestors and customs. Meanwhile, on the other hand, they respect the state by means of its regulations to maintain positive law as part of citizens.

    Physical Properties of Alfisols, Growth and Products of Hybrid Corn Affected by Organic and Inorganic Fertilizer

    Get PDF
    The nutrients of plants and the physical condition of the soil must both be considered to increase corn productivity. The continuous use of inorganic fertilizer without manures will cause a decrease in the physical properties of the soil. Therefore, this study aims to obtain doses of organic fertilizer from cow manure and inorganic fertilizers namely urea, KCl and SP-36 that will give the best effect on the physical properties of Alfisols, growth and yield of hybrid corn. The experiment was carried out using the randomized complete block design (RCBD) with two factors namely organic and inorganic fertilizers. Each factor was given at four dosages: 1, ¾, ½ and ¼ with three replications. Observation parameters include bulk and particle density, soil porosity, aggregate stability, root volume and fresh weight, plant height, as well as the weight of corn with and without husks. The results showed that organic and inorganic fertilizers significantly affected bulk density, soil porosity, aggregate stability, root fresh weight, root volume, as well as the weight of corn with and without husks. Additionally, treatment with 7.5 to 10 tons of organic fertilizer as well as ¼, ¾ and 1 dose of inorganic fertilizers produced the best effect on soil physical properties of Alfisols, growth and yield of hybrid corn, while the lowest results were obtained in the control treatment. This indicates that organic treatment can reduce the use of inorganic fertilizers between ¼ to ¾ of the standard dose

    Evaluasi Masa Tanam Berdasarkan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Indeks Kecukupan Air (IKA) untuk Pengembangan Produksi Jagung di Giritontro, Indonesia

    Get PDF
    Berubahnya durasi musim menjadikan pergantian musim kemarau dan musim hujan tidak menentu. Tanaman pangan yang dibudidayakan pada lahan sawah tadah hujan dan tegalan seperti jagung mudah mengalami cekaman karena ketersediaan air dipengaruhi oleh iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui SPI (Standardized Precipitation Index) dan Indeks Kecukupan Air (IKA) guna menentukan masa tanam yang tepat untuk tanaman jagung di Kecamatan Giritontro, Kabupaten Wonogiri. Pelaksanaan penelitian dengan metode deskriptif eksploratif, data curah hujan rata-rata Kecamatan Giritontro 1.750-2.250 mm per tahun. Metode yang digunakan adalah Standardized Precipitation Index dan Indeks Kebutuhan Air, dengan alat analisa berupa aplikasi Rstudio dan Cropwat 8.0 yang mengolah data curah hujan dalam 9 tahun terakhir (tahun 2012 sampai 2020). Titik pengamatan dan pengambilan sampel tanah ditentukan menggunakan data spasial (curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, dan jenis tanah) wilayah penelitian. Parameter kondisi aktual tanah yang diamati diantaranya kadar lengkap, struktur tanah, tekstur tanah, dan bahan organik. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan uji ANOVA dan Pearson correlation. Penghitungan indeks kekeringan menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI) dengan aplikasi Rstudio dan Indeks Kecukupan Air (IKA) dengan aplikasi Cropwat 8.0 berdasarkan data curah hujan pos BBWS di Giriwoyo. Kondisi tanah aktual diamati diantaranya kadar lengas, struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik, data curah hujan 9 tahun terakhir (2012-2020), data spasial Kecamatan Giritontro untuk peta pengamatan dan pengambilan sampel. Analisis data yang dilakukan ialah uji korelasi antara indeks kekeringan dengan indikator pengamatan. Hasil indeks kekeringan rata–rata wilayah penelitian pada tahun 2012–2020 termasuk kategori mendekati normal berkisar antara -0,94-0,87. Indeks kekeringan berhubungan dengan tesktur tanah dan dipengaruhi oleh kemiringan lereng. Indeks kecukupan air tanaman jagung antara 0,47–0,91 dari bulan Januari sampai Desember. Penentuan awal masa tanam paling efektif pada bulan November. Alternatif pencadangan air tanah dapat melalui pembuatan dam parit yang berfungsi sebagai penampung aliran air permukaan

    STRATEGI SOSIALISASI POLITIK OLEH KPU KABUPATEN NGAWI UNTUK MEMBENTUK PEMILIH PEMULA YANG CERDAS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TIMUR TAHUN 2018 DI KABUPATEN NGAWI

    Get PDF
    Dalam setiap pemilihan, partisipasi masyarakat merupakan elemen yang penting. Semakin tinggi partisipasi menandakan bahwa rakyat mengikuti, memahami, dan melibatkan diri dalam kegiatan kenegaraan. Sebaliknya partisipasi yang rendah menjadi penanda bahwa rakyat kurang menaruh apresiasi atau minat terhadap masalah atau kegiatan kenegaraan. Sosialisasi politik penting untuk meningkatkan partisipasi. Terutama dengan adanya kemungkinan penyalahgunaan potensi pemilih pemula oleh kalangan politisi maupun partai politik. Pemilih pemula merupakan pemilih potensial yang memiliki kekhasan tersendiri dengan jumlah pemilih yang cukup besar. Untuk mengantisipasi kekhasan yang dimiliki oleh pemilih pemula agar tidak menjadi pasar potensial bagi partai atau kandidat untuk memperoleh suara dan agar pemilih pemula tidak terbujuk berita hoax dan berita bohong maka perlu dilakukan sosialisasi politik yang tepat yang sesuai dengan karakteristik pemilih pemula. Dengan demikian diharapkan mereka bisa menjadi pemilih yang cerdas yang memberikan suara secara rasional dan tepat dalam menentukan preferensi politiknya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dimana data diperoleh dengan wawancara secara mendalam dan juga dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah Anggota KPU Kabupaten Ngawi Divisi Partisipasi Masyarakat dan SDM, Sekretaris KPU Kabupaten Ngawi, Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, Relawan Demokrasi, Tokoh Masyarakat, Tokoh Akademis dan Pemilih Pemula dengan penarikan sample menggunakan puposive sampling. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Ngawi dimana pada tahun 2018 ini melaksanakan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur secara serentak. Hasil dari penelitian ini adalah strategi sosialisasi politik yang dilaksanakan oleh KPU Kabupaten Ngawi untuk membentuk pemilih pemula yang cerdas dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur diantaranya adalah tahap formulasi strategi dan penyusunan rencana jangka panjang, tahap pemilihan tindakan dengan menggunakan strategi menyerang dan strategi bujukan serta tahap aloksai sumber daya organisasi dengan menggunakan strategi penguatan. Strategi menyerang dilakukan dengan gencar melaksanakan sosialisasi secara langsung, khusus pemilih pemula lewat kelas pemilu, menjadi pembina upacara di sekolahan, seminar tatap muka serta sosialisasi tidak langsung lewat media sosial, media cetak dan elektronik. Strategi bujukan dilakukan dengan melakukan kegiatan yang menarik partisipasi masyarakat seperti Gelar Seni Budaya, Jalan Sehat Guyub Rukun, Sosialisasi dengan komunitas mancing bareng, Sosialisasi dengan komunitas ngontel bareng serta debat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Tahun 2018. Sedangkan strategi penguatan dilakukan oleh KPU Kabupaten Ngawi meningkatkan kapasitas dan kualitas penyelenggara pemilihan lewat bimbingan teknis, rapat kerja, sosialisasi, pengkajian peraturan bersama dan evaluasi setiap kegiatan. Selain itu juga memperkuat komunikasi dan keterbukaan informasi tentang pemilihan serta meningkatkan kerjasama dengan stakeholders yang berkepentingan baik itu internal maupun eksternal

    GROWTH AND YIELD OF WATERMELON (Citrullus vulgaris) IN SUBSURFACE FERTIGATION USING CLAY POT ON ALFISOL AND ENTISOL

    Get PDF
    This study aims to identify the effect of spacing from subsurface irrigation sources and soil type on the growth and yield of watermelon plants. The research was carried out in the experimental field in Sukosari Village, Karanganyar Regency, with sub-irrigation using clay pots. The experiment used a nesting design with 2 types of soil, namely Alfisol (T1) and Entisol (T2), and the spacing of 4 plants from clay pots was 5 cm (J1), 10 cm (J2), 15 cm (J3), and 20 cm. cm (J4). The research data were analyzed by ANOVA, and if it had a significant effect, then Duncan's test was continued, at a 95% confidence level. The results showed that the treatment of jatropha affected the growth and yield of watermelon plants. Planting distance of  5 cm caused plant height, fruit weight, shoot fresh weight, and shoot dry weight to be higher than other treatments. The type of soil that produced the best watermelon plants was Entisol soil were plant height, shoot fresh weight, and shoot dry height were higher than in Alfisol soil, but for fruit weights the two were not much different.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh jarak tanam dari sumber irigasi bawah permukaan dan jenis tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman semangka. Penelitian dilaksanakan di lapangan percobaan Desa Sukosari, Kabupaten Karanganyar, dengan sub-irrigation menggunakan kendi liat. Percobaan menggunakan rancangan bersarang dengan 2 jenis tanah yaitu Tanah Alfisol (T1) dan Entisol (T2), dan jarak tanam 4 tanaman dari pot tanah liat yaitu 5 cm (J1), 10 cm (J2), 15 cm (J3), dan 20 cm (J4). Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA, dan apabila berpengaruh nyata maka dilanjutkan uji Duncan, pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanah mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman semangka. Jarak tanam 5 cm menyebabkan tinggi tanaman, bobot buah, bobot segar pucuk, dan bobot kering pucuk lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Jenis tanah yang menghasilkan tanaman semangka paling baik yaitu tanah Entisol dimana tinggi tanaman, bobot segar pucuk, dan tinggi kering pucuk lebih tinggi dibandingkan di tanah Alfisol, namun untuk bobot buah keduanya tidak jauh berbeda
    corecore